Bulan suci Ramadan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu seluruh umat muslim dari berbagai penjuru manapun. Khususnya di Indonesia sendiri, ada berbagai macam tradisi menyambut Ramadan, yang ini setiap daerah punya budayanya masing-masing. Seperti di Jawa ada istilah munggahan, lalu di sunda ada tradisi ruwahan. Tak hanya tradisi, pun ada perubahan-perubahan yang terjadi saat bulan Ramadan. Di mana berbagai perubahan tersebut jelas berbeda dengan bulan di luar Ramadan. Entah disadari atau tidak, dirasakan atau tidak, perubahan ini nyata terlihat.
Perubahan apa saja itu?
- Tingkat Religius Masyarakat yang Meningkat
Religius merupakan sebutan bagi sifat masyarakat dalam menjalankan perintah agama. Pada ajaran Islam, religious yang dimaksud kesungguhan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, sedekah, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Di bulan Ramadan, tingkat religiusitas masyarakat meningkat. Tidak tahu apa penyebabnya. Mungkin karena suasana Ramadan yang mengharuskan hambanya lebih dekat pada Tuhan.
Beberapa indicator meningkatnya religiusitas masyarakat dilihat dari:
- Masjid dipenuhi orang-orang mengaji, salat sunah, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Belum lagi di malam saat Isya, masjid-masjid penuh dengan pelaksanaan tarawih. Juga pengajian yang kerap diadakan di masjid menjelang berbuka puasa. Pun dengan bertadarusan, mengkhatamkan Al-Quran.
- Maraknya kegiatan sosisal seperti berbagi makanan buka puasa, berbagi makanan untuk sahur, dan berbondong membantu dana di yayasan atau lembaga sosial. Demikian lumrah adanya. Sebab secara tidak langsung ikut dipengaruhi rasa peduli yang ikut meningkat—akan dijelaskan setelah ini.
- Banyaknya instansi yang menawarkan untuk bekerjasama membantu orang-orang tidak mampu.
Perubahan tingkat religiusitas seperti ini bukan tanpa sebab. Adanya ganjaran berlipat ganda menjadi motivasi tersendiri bagi manusia untuk menunaikan ibadah.
- Perubahan Rasa Peduli Terhadap Sesama
Ramadan adalah salah satu perintah yang tidak hanya berkaitan dengan keimanan, melainkan juga sifat sosial dari manusia. Sebab Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Yang artinya selain berdiri sendiri, pun tidak mampu hidup sendiri. Ada kalanya kita membutuhkan bantuan orang lain.
Puasa sendiri mengandung hikmah bahwa setiap manusia bisa merasakan rasanya menjadi orang kurang mampu, terutama dalam hal makan. Maka menahan rasa lapar dan haus menjadi salah satu bentuk rasa empati terhadap mereka. Itulah mengapa Ramadan menjadi bulan yang bertaburan akan perbuatan sosial, seperti sedekah, zakat, infaq, menyumbang orang tidak mampu, berbagi buka puasa, dan masih banyak lagi. Jadi bermula dari rasa empati, lalu timbulah sebuah tindakan nyata untuk membantu sesama.
Di sekitaran kita, di jalan-jalan, banyak orang atau komunitas tertentu yang berbagi takjil gratis. Di pusat perbelanjaan, ada beberapa lembaga yang menawarkan pada kita apakah hendak turut membantu anak-anak yang mereka asuh. Hal macam demikian kerap dijumpai di moment Ramadan.
- Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup yang dimaksud ialah konsumsi masyarakat terhadap sandang, pangan, dan papan. Pengeluaran menjadi lebih banyak dari bulan biasa. Pengeluaran yang paling banyak tersebut meliputi makanan dan pakaian. Tidak tahu kenapa, orang-orang menjadi sangat antusias berbelanja. Lihat saja tempat-tempat perbelanjaan, hampir semuanya penuh pembeli.
Ada dua hal kemungkinan:
- Kebutuhan Naik
Ada kemungkinan kebutuhan memang naik. Misalnya untuk makan. Meski dalam sehari dua kali makan (berbuka dan sahur), tetapi kita menambah pengeluaran untuk kudapan saat berbuka. Belum lagi jika berbuka puasa di luar, tentu biaya jauh lebih mahal. Atau semisal mengundang orang lain untuk berbuka, pasti mengeluarkan uang cukup banyak. Hal-hal demikan dapat mengakibatkan pengeluaran meningkat.
- Keinginan Menjadi Banyak
Faktor keinginan pun jangan dilupa. Karena faktor ini bisa jadi menjadi salah satu penyebab terbesar. Terdapat beberapa hal yang mampu menstimulus kita menjadi ingin belanja banyak: diskon besar-besaran, ingin makan enak saat berbuka, dan masih banyak lagi. Sederhana, namun memang begitu adanya.
Membedakan keinginan dan kebutuhan sedikit sulit. Namun kita bisa mengatasinya. Sebelum belanja, coba pikir ulang apakah benda tersebut memang benar-benar butuh, atau hanya keingan semata.
Adanya perubahan seperti yang telah disebutkan di atas, ada sisi baiknya, tetapi ada pula sisi buruknya jika tidak mampu memaknai dengan benar. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap?
Jadikan Moment Puasa Sebagai Sarana Latihan
Meningkatkan ibadah, berbuat baik adalah keharusan bagi setiap manusia. Tapi jangan hanya dilakukan di bulan puasa saja. Tindakan macam itu wajib dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya. Jangan hanya semangat di Ramadan saja, kemudian setelah Ramadan kembali seperti semula.
Jadikan Ramadan sebagai sarana lahitan untuk meningkatkan kualitas iman. Gunakan ibadah untuk mendekatkan diri pada sang Maha Kuasa. Melatih diri dalam mengendalikan hawa nafsu. Maka setelahnya, diri benar-benar mengalami peningkatan baik dalam kualitas keimanan maupun dalam hal mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu tidak sebatas rasa lapar dan emosi, pun dengan keinginan belanja yang berlebihan.
Semoga ini menjadi evaluasi bagi kita semua. Agar menjadi orang beriman sesungguhnya, bukan hanya orang beriman musiman. Yang mana keimanan hadir di Ramadan saja. Yuk, sama-sama memperbaiki diri demi yang lebih baik.