Keluarga

Penyebab Bayi Terkena Anemia

Penyebab Bayi Terkena Anemia

Pernahkah Anda menyadari bila bayi sedang mengalami anemia? Anemia sendiri merupakan gangguan kesehatan yanh terjadi akibat kadar hemoglobin dalam darah berkurang. Akibatnya sel-sel tubuh akan kekurangan oksigen, sementara hemoglobin berfungsi mengikat oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila anemia tidak segera ditangani maka akan berpengaruh pada perkembangan atau sistem imun balita. Kalo sudah begitu, sebagai ibu yang aktif sudah selayaknya mengetahui tanda dan penyebab bayi terkena anemia.

Sponsor: dr rochelle skin expert

Gejala dan tanda anemia pada bayi dan balita biasanya bisa dilihat saat wajah yang tampak pucat, anak suka mengeluh lelah, nafsu makan berkurang, ngantuk berlebih dan sering demam, serta tidak suka melakukan aktivitas berat. Diaknosa awal bisa melakukan tes darah atau beberapa tes lainnya untuk mencari penyebab gangguan anemia.

Penyebab anemia pada bayi dan balita:

1. Kurangnya sel darah merah

Penyebab anemia pada bayi atau balita biasanya terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dari makanan atau karena faktor lain seperti produksi sel darah merah yang kurang, kelainan sel darah, atau berkurangnya akibat cidera. Seperti dibahas sebelumnya, sel darah merah memiliki peranan penting dalam kesehatan tubuh dan pembentuk zat besi. Karena tubuh manusia membutuhkan zat besi, bila balita tidak mendapatkan cukup zat besi maka jumlah sel darah merahnya akan berkurang dan ukurannya mengecil. Akibatnya, jaringan tubuh balita tidak mampu menerima asupan oksigen secara normal dan darah merah yang mengangkut oksiget tidak akan sanggup menyalurkan oksigen segar ke semua bagian tubuh.

2. Bayi prematur dan bayi dengan bobot rendah

Penyebab bayi atau balita bisa terkena anemia bila bayi lahir dalam keadaan prematur atau usia 2 bulan atau lebih. Bayi normal biasanya memiliki cadangan zat besi yang terakumulasi di bulan-bulan terakhir menjelang persalinan. Cadangan zat besi tersebut dapat bertahan hingga 4-6 bulan. Sementara bayi prematur hanya memilikk cadangan zat besi sekitar 2 bulan saja. Itu artinya, anemia pada bayi preamur lebih rentan terjadi.

3. Makanan atau minuman bayi

Bayi yang mengonsumsi susu sapi sebelum usianya menginjak 1 tahun juga bisa terserang anemia. Pasalnya, susu sapi hanya mengandung kadar zat besi yang rendah dibanding ASi. Selain itu, susu sapi yang dikonsumai bayi usia dibawah 1 tahun akan mengganggu penyerapan zat besi oleh tubuhnya. Kesalahan fatal dari ibu-ibu yakni langsung menggantikan asupan kaya zat besi dengan susu sapi. Di samping itu, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi dan bisa menyebabkan perdarahan, lalu akhurnya menyatu bersama feses. Akibat pendarahan yang terjadi di saluran pencernaan tersebut, maka membuat asupan zat besi berkurang dan bayi jadi rentan terkena anemia.

4. Kurangnya zat besi tambahan

Selepas masa menyusi, di usia 4 bulan bayi sudah mulai diperkenalkan makanan tambahan. ASI memiliki zat besi yang mudah diserap tiga kali lebih baik dibanding susu formula. Tetapi saat bayi mulai mengenal makanan padat, bayi mendapatkan zat besi tambahan dalam bentuk sereal atau makanan kaya zat besi lainnya. Bila makanan pada yang diberikan tidak cukup memenuhi kebutuhan zat besi bayi, atau susu formula yang diberikan pada bayi tidak sesuai formula zat besi yang seimbang maka bayi Anda bisa terkena anemia.

Cara penangan agar bayi tidak anemia:

1. Bila bayi masih berusia 4 bulan, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan para ibu agar bisa menambahkan suplemen zat besi sebanyak 11 miligram (mg) per hari sampai anak mulai mengonsumsi makanan padat kaya zat besi lainnya. Sebelum anak berusia satu tahun, sebaiknya berikan ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi, bukan sekedar susu sapi biasa.

2. Jika bayi Anda lahir dalam kondisi prematur atau berat badan relatif lebih rendah, maka Anda bisa diskusikan dengan hal penting pada dokter anak mengenai suplemen zat besi dan hal yang harus dilakukan selanjutnya. Konsultasikan dengan dokter anak pribadi Anda agar kesehatan bayi atau balita Anda bisa terdeteksi.

3. Setelah bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat, maka Anda bisa memberinya sereal yang kaya zat besi lalu dilanjutkan dengan sumber makanan kaya zat besi lainnya seperti daging tanpa lemak, ikan, pasta, nasi, atau roti kaya zat besi. Anda juga bisa memasukkan unsur sayuran hijau, kuning telur dan kacang-kacangan dalam menu makanan bayi.

4. Jangan lupa selalu sediakan buah dan sayuran yang kaya vitamin C untuk membantu tubuh menyerap zat besi. Buah yang kaya vitamin C bisa didapat dari buah kiwi, alpukat, pisang atau melon. Selain, makanan atau minuman kaya zat besi, Anda bisa menambahkan pula suplemen zat besi bisa dalam bentuk tetes agar mudah diserap secara optimal oleh bayi saat perut kosong. Tetapi bila suplemen masih menimbulkan rasa tidak nyaman di perut bayi, maka dokter akan menyarankan pemberian suplemen bersamaan dengan ASI, makanan, atau susu formula. Pemberian suplemen biasanya dilakukan selama 1-2 bulan dan perlu waktu 6-12 bulan agar darah agar kembali normal.

Demikianlah hal-hal yang berkaitan dengan penyakit anemia yang bisa menyerang kondisi bayi atau balita. Penyakit anemia bisa menyerang siapa saja. Pada orang dewasa kondisi anemia sering terjadi seperti lemah, lesu, tidak bertenaga, wajah terlihat pucat, atau sering merasa pusing.

0
0%
like
0
0%
love
0
0%
haha
0
0%
wow
0
0%
sad
0
0%
angry

Comments

comments

To Top