Bunda & Anak

Upaya Mendidik Anak yang Keras Kepala dan Sulit Diatur

Upaya Mendidik Anak yang Keras Kepala dan Sulit Diatur

Sebagai orang tua pasti menginginkan anaknya patuh terhadap apa yang diinginkan orang tua. Sayangnya, tidak semua anak mempunyai karakter “penurut”. Ada anak yang memang secara karakter sulit diatur. Dominan keras kepala. Biasanya karakter seperti ini memilki kemauan yang tidak bisa dihalangi, bahkan termasuk orang tua.
Ada kalanyan pula, di usia tertentu anak menjadi sulit diatur. Terutama di usia 2-5 tahun. Menjadi suka melawan dan keras kepala. Ini merupakan fase alami dalam masa pertumbuhan anak. Fase ini di mana anak menyadari bahwa dirinya adalah pribadi independen dari orang-orang dewasa di sekelilingnya.
Terdapat beberapa penyebab anak menjadi sulit diatur dan keras kepala:

Sponsor: kezia skin expert

– Bawaan secara genetika. Dari orang tua sendiri memang mempunyai karakter keras kepala dan sulit di atur
– Orang tua terlalu memanjakan anak. Keinginan anak selalu terpenuhi. Ketika satu kali keinginan anak tidak terturuti, ia memaksa orang tua agar kehendaknya tercapai.
– Atau justeru anak sering disuruh mengalah, tanpa diberi tahu alasan yang jelas. Lama-kelamaan anak geram karena kehendaknya selalu tidak dituruti. Sehingga ia memaksa supaya

keinginannya dipenuhi

Mempunyai anak keras kepala dan sulit diatur memang memusingkan. Banyak orang tua mengeluh dalam mengahadapi anak yang demikian. Tapi, anda tak perlu khawatir. Sulit diatur dan keras kepala bukan berarti tidak bisa diatur selamanya. Ada cara-cara yang dapat anda terapkan dalam mendidik anak yang keras kepala dan sulit diatur.

1. Memberikan Pengertian Pada Anak

Hendaklah lebih fleksibel dan memberi kasih sayang pada anak. Jika anak sudah keras kepala, hendaknya kita juga tidak keras kepala. Semakin keras kepala, anak semakin sulit di atur. Sebaiknya beri pengertian dengan lemah lembut. Beri dia waktu berpikir bila perlu.

Karakter keras kepala merupakan tipe yang tidak mau diperintah. Untuk itu kita beri pemahaman, biarkan anak sendiri yang berpikir. Orang tua bisa mengarahkan cara berpikir yang benar, bukan dengan mendikte. Mengarahkan berbeda dengan mendikte. Mengarahkan adalah memberi pertimbangan, pilihan-pilihan yang ada serta dampaknya setiap pilihan. Melainkan mendikte, orang tua memberi perintah tanpa ada penjelasan. Semakin didikte, anak semakin membencinya.
Beri pengertian dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lambat laun anak akan luluh.

2. Menjadi Orang Tua yang Bijak

Jadilah orang tua yang bijak. Tahu apa keputusan yang terbaik untuk anak. Ada masanya memang orang tua mengalah, jika itu memang terbaik untuk sang anak. Selama ini banyak orang tua yang terlalu memaksakan kehendak. Selain semakin membuat anak semakin keras kepala, tetapi juga tidak baik bagi perkembangan mentalnya.
Terlalu memaksakan kehendak juga berdampak anak tidak dapat membuat keputusan saat masa dewasa besok. Bagaimanapun suatu saat nanti anak harus menjadi seseorang yang dewasa, yang mampu mempertimbangkan dan memilih keputusan yang terbaik untuk dirinya.

3. Beri Contoh Konkret

Kita selalu memberi pemahaman untuk anak jika jangan menjadi anak yang keras kepala dan sulit diatur. Berilah contoh dalam perilaku sehari-hari. Jangan-jangan selama ini kita yang terlalu keras kepala. Terus memaksakan kehendak pada anak.

Jadilah orang tua yang mau mendengar keinginan anak. Tetapi tetap tegas. Bila keinginan anak tidak mungkin dituruti, berilah pengertian.

4. Nasihati Anak di Waktu yang Tepat

Nasihati anak di waktu yang tepat. Jangan saat anak sedang emosi. Karena akan semakin membuat anak keras kepala. Tunggu waktu dimana emosi anak mulai mereda.
Pada intinya anak juga mempunyai keinginan. Maka orang tua harus tahu betul apakah keinginan itu baik atau buruk. Bila baik, tidak ada salahnya menurutinya. Jika buruk, laranglah dengan sikap yang bijak. Bukan dengan cara keras. Sebab akan semakin anak sulit diatur dan keras kepala.

0
0%
like
0
0%
love
0
0%
haha
0
0%
wow
0
0%
sad
0
0%
angry

Comments

comments

To Top