Seperti di Facebook, seperti ‘If You Like Me, I Will Like You Back! Penting. Sekitar 40-50% dari pasangan berakhir di perceraian di Indonesia, artinya sekitar 1,5 juta anak-anak terkena perceraian setiap tahun. Penelitian telah menunjukkan bahwa perceraian dapat berkontribusi untuk konsekuensi yang signifikan pada anak-anak, termasuk kemarahan, depresi, kecemasan, sekolah dan kesulitan sosial, dan bahkan perubahan sikap jangka panjang terhadap perkawinan dan perceraian. Oleh karena itu, dari perceraian banyak orang tua yang sering bertanya, “Apa yang harus kita katakan kepada anak-anak? Bagaimana kita membantu anak-anak mengatasi perceraian?” Orang tua akan bertanya-tanya apakah ada buffer untuk meminimalkan efek berpotensi untuk melemahkan perceraian. Konsultan sering merekomendasikan hal berikut untuk memfasilitasi adaptasi anak-anak untuk bercerai:
Sponsor: pemutih wajah
1. Jangan saling menyalahkan.
Hindari menyalahkan orang lain ketika Anda menghadapi perceraian. Meskipun ada berbagai keadaan di sekitar yang menyebabkan perceraian, idealnya, lebih baik jika anak tidak terkena “itu salah siapa”. Anak-anak perlu terus mencintai setiap orang tua dengan cara yang baik dan tanpa syarat.
Jika orang tua mulai menyalahkan satu sama lain, anak cenderung merasakan kemarahan yang lebih mendalam dan kebencian terhadap orang tua yang disalahkan itu. Orang tua harus menggunakan bahasa yang netral dan tidak menghakimi. Gunakan kata-kata seperti “berubah”, “perselisihan”, dan “berdebat”.
Meskipun ini adalah bahasa sederhana, kita perlu melakukan penjelasan dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan. Lebih penting lagi, kita perlu menghindari kerusakan hubungan anak dengan orang tua lainnya dengan menjaganya agar tetap senetral mungkin.
2. Bersikap konsisten dan dapat diprediksi.
Perceraian bisa menjadi transisi yang sangat besar untuk anak-anak. Kadang-kadang mereka harus pindah rumah, sekolah, teman, dan bahkan negara. Dunia mereka tiba-tiba bisa mulai merasa tidak stabil dan tidak diketahui, yang dapat menyebabkan kehancuran bagi diri mereka.
Tekanan keuangan juga dapat mengubah ketersediaan dan keberadaan orang tua bagi anak. Semakin besar konsistensi dan prediktabilitas dalam hal rumah, sekolah, persahabatan, dll, sehingga anak cenderung lebih merasa aman.
3. Hati-hatilah dengan bahasa Anda.
Gunakan bahasa dan kata-kata yang ramah anak dan sesuai dengan tahapan perkembangan. Hal ini kadang-kadang sulit untuk orang dewasa untuk menemukan kata-kata yang jelas menjelaskan topik besar seperti perceraian. Orang dewasa harus menekankan kesederhanaan, empati, bermain, dan validasi dalam percakapan mereka.
Dengan bercerita seperti dogeng adalah cara terbaik untuk orang dewasa untuk mengeksplorasi perasaan yang sulit untuk dimengerti anak seumuran mereka dan pertanyaan dengan anak-anak.
4. Bersikap Jujur dan Transparan
Dalam perceraian biasanya mendorong orang tua untuk jujur dan menggunakan ‘terpisah’ dan ‘perceraian’ sebagai kata-kata untuk menyampaikannya kepada anak-anak mereka.
Jadi jika Anda tidak menggunakan kata-kata dan tidak menjelaskan apa artinya, anak-anak lebih mungkin untuk menjadi bingung dan cemas karena imajinasi mereka lebih kuat daripada yang sebenarnya.
Rincian tentang perceraian hanya harus berbagi dengan cara yang sesuai dengan usia dan jika perlu.
5. Validasi semua perasaan mereka.
Jangan takut untuk memproses dan memvalidasi perasaan , bahkan yang negatif sekalipun. Percaya dirilah dalam memfasilitasi berbagai perasaan dengan anak. Orang dewasa harus mendorong dan memvalidasi ekspresi anak melalui cerita, gambar, huruf, bermain, dan percakapan.
Meskipun perceraian mungkin tidak mudah bagi anak-anak untuk memproses atau beradaptasi dengan, mengikuti pedoman di atas dapat membantu sangat dalam memastikan anak-anak Anda akan terus berkembang selama dan setelah perubahan hidup yang signifikan ini.