Akibat kuman Tuberkulosis makin kebal
Turbekulosis dengan kasus munculnya kuman yang makin kebal terhadap obat terus bermunculan setiap tahunnya. Sehingga penyebaran penyakit itu susah ditekan. Akibat kuman Tuberkulosis makin kebal, maka pasien yang terkena TB makin sulit untuk sembuh. Namun kemampuan dari fasilitas kesehatan di setiap daerah dalam menangani kasus tersebut, sangatlah minim dan belum memadai.
Salah satu pemicu akibat kuman Tuberkulosis makin kebal terhadap obat adalah masih adanya pasien yang tidak menuntaskan terapi. Hal itu tentu berpotensi membuat obat tidak mempan lagi, karena kuman telah kebal.
Turbekulosis disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Sebanyak 90% kasus TB menyerang bagian paru-paru, dengan gejala batuk lebih dari tiga minggu, berat badan turun, demam, berkeringat saat malam hari, nyeri di dada, mudah lelah, nafsu makan hilang, dan juga batuk berdarah.
Pasien dengan TB akan sembuh jika disiplin dalam mengkonsumsi obat. Pasien TB biasa, dengan kuman yang masih sensitif terhadap obat, wajib minum obat selama 6 hingga 9 bulan tanpa putus, hingga dokter telah memvonis dia sembuh. Peluang sembuh berkisar 95%.
Namun, apabila putus berobat, maka tingkat keparahan penyakit ini bisa naik menjadi MDR-TB, atau bisa diartikan dengan kebal terhadap obat Ioniazid dan obat Rifampisin. Untuk terapi MDR-TB tak boleh putus selama 2tahun, dan untuk peluang kesembuhan penyakit ini hanya berkisar 50 persen.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah melaporkan secara Global Tuberkulosis pada tahun 2015 menyebutkan, jika uji resistensi obat yang diterapkan pada semua kasus TB di tahun 2014, diprediksi terdapat 300 ribu kasus MDR-TB. Diperkirakan telah terjadi 3,3 persen kasus TB baru dan juga 20 persen kasus yang sebelumnya telah diobati adalah MDR-TB. Pada tahun 2014, tersebut kemungkinan 190 ribu orang telah meninggal karena MDR-TB.
- Putus Berobat
Pasien dengan TB rentan untuk putus berobat karena faktor nonmedis, yakni merasa kondisi tubuh telah bagus setelah dua bulan lantas meninggalkan obat. Padahal hal ini yang sangat tak dianjurkan oleh dokter. Jika telah mencapai taraf MDR-TB maka obat yang digunakan akan berefek amat keras seperti muntah, susah tidur, dan pusing.
Kementrian kesehatan republik indonesia telah menjamin pasien yang terkena TB untuk berobat gratis, dan termasuk pada kasus kuman tuberkulosis makin kebal tersebut (resisten obat). Namun, efek samping pada obat MDR-TB dapat muncul selama dua tahun terapi, sehingga akibatnya pasien rentan berhenti melakukan pengobatan. Hal tersebut seperti yang disebutkan di atas tadi, tidak tahan. Padahal, pada pasien MDR-TB mampu menularkan kuman resisten. “apabila tak ditemukan dan diobati, maka lingkaran permasalahan akan makin sulit diputus,” sehingga akan terjadi akibat kuman tuberkulosis makin kebal tersebut.
Untuk itulah agar kita dapat menghindari tuberkulosis yang makin kebal sebaiknya kita tak putus ditengah jalan, dalam melakukan pengobatan.