Berdasarkan pendapat yang di utarakan oleh pakar kencan dan juga hubungan, James preece, terdapat sebuah fenomena yang banyak menimpa para kaum lajang, yakni adalah bersikap emotionally unavailable atau dapat di artikan dengan emosional terlihat seperti seseorang yang tak memerlukan pasangan sama sekali dalam hidupnya.
“hal ini sebenarnya seperti anda membangun sebuah ‘dinding’ pemisah di sekitar diri anda dengan tujuan untuk berlindung dari dunia luar. Namun, hal ini padahal justru membuat anda merasakan ketidak bahagiaan, dan sulit untuk merasakan cinta. Hal itu dikarenakan anda terlihat seperti tidak memberikan izin kepada orang lain yang ingin dekat mengenal anda lebih jauh, hingga jatuh hati kepada anda,” ujar Preece.
Ciri ciri mereka yang memiliki kecendrungan seperti itu, katanya dapat dilihat dengan mudah. Umumnya, mereka yang sering berkomenta hal negatif, berkeluh kesah, dan juga melipat tangan, hingga membungkuk adalah salah satu ciri dari gejala menutup diri ini, dan menjadi penyebab menjomblo.
“orang yang mengalami permasalahan emotionally unavilable memiliki kemampuan tampil yang sangat percaya diri dan juga terliha meyakinkan sekali di awal. Mereka juga memiliki kecendrungan memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dalam hal kehidupan dan karir, yang mengharuskan memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi,” urainya.
Namun, preece dalam wawancaranya, mengatakan bahwa, ketika kita mencoba untuk membiarkan seseorang masuk ke dalam kehidupan, mereka biasanya akan termasuk kedalam orang yang ragu untuk memulai membuka diri. Mereka akan cendrung untuk menutup diri secara tiba-tiba dengan sikap yang secara langsung maupun tak langsung, memperlihatkan sikap cuek. Atau bahkan menghina dan meremehkan.
Namun kabar baiknya adalah, bahwa preece mengatakan, mereka yang mengalami kondisi emosional tergolong ke dalam emotionally unavailable dapa berubah kecendrungan sikapnya. Perubahan yang terjadi dapat tergantung kepada beberapa faktor. Yang pertama faktor diri sendiri dan yang kedua adalah faktor lingkungan dan keadaan.
Mereka yang berubah karena faktor dari dalam diri sendiri ini biasanya akan berhasil dalam hubungan yang dia jalani, karena munculnya dari keinginan diri sendiri. Namun berbeda hal pada mereka yang berubah dikarenakan faktor lingkungan dan keadaan yang memaksa mereka. Mereka yang berubah karena keadaan, memiliki potensi untuk kembali pada sifat mereka ketika sudah menemukan pasangan. Namun di sini kita perlu catat bahwa tak semua kondisi dan perubahan yang terjadi mutlak seperti yang di paparkan di atas.
Menurut Pierce “anda tak perlu untuk meruntuhkan tembok yang telah anda buat sendiri guna melindungi perasaan mu dari para lelaki yang mendekat. Anda hanya perlu untuk membangun jendela, untuk melihat siapa yang baik. Jika anda membangun sebuah jendela, maka kebahagiaan dari orang lain akan hadir dalam diri anda dalam sebuah ikatan resmi bernama kebersamaa dalam pernikahan.