Tinggal serumah tapi jarang komunikasi mungkin bisa terjadi pada pasangan yang sama-sama sibuk dengan pekerjaannya sehingga membuat keduannya sulit meluangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan secara mendalam. Hubungan seperti ini lebih sering dialami oleh pasangan yang tinggal di perkotaan besar dimana banyak beban dan tugas yang harus dikerjakan ketimbang mengurus kebutuhan keluarga.
Sponsor: dr rochelle skin expert
Hubungan yang seperti ini justru dapat menimbulkan kesenjangan baik keharmonisan atau pernikahan. Minimnya komunikasi yang dipicu akibat tingginya aktivitas di tempat kerja bail suami ataupun istri. Misalnya berangkat pagi dan pulang malam hari, membuay intensitas komunikasi jadi sangat sedikit. Ditambah lagi tidak memanfaatkan hari libur sebagai hari keluarga, membuat hubungan jadi terasa hambar rasanya. Yah komunikasi adalah jalan terbaik dalam setiap aspek kehidupan baik keluarga, sosial atau asmara suami dan istri.
Fakta inilah yang berusaha diungkapkan oleh ahli psikolog Anna Surti Ariani, MSi. Ia menyebut bahwa masih banyak sekali keluarga yang tinggal satu atap namun kerap menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan anggota keluarganya saat berada di rumah. Akibatnya, banyak momen yang berharga bersama anak dan pasangan jadi terlewatkan tanpa makna. Hal ini dibenarkan pula oleh survei yang dilakukan oleh salah satu perisahaan swasta Indoneaia, dimana ada sebanyak 67% responden mengatakan bahwa telah memiliki waktu bersama keluarga namu masih terasa belum cukup. Dari rata-rata responden yang ada, dalam sehari mereka berkumpul bersama anggota keluarganya hanya 1-3 jam. Tapi perkumpulan yang dilalui hanya sekedar koneksi biasa.
Selain kesibukan akibat pekerjaan, faktor lain penghambat kurangnya komunikasi adalah hadirnya teknologi yang menjadi pencipta jarak antar anggota keluarga. Kebanyakan dari mereka terlalu sibuk dengan gadget atau perangkat canggih lainnya dan hanya sekedar komunikasi melaui pesan singkat. Jika komunikasi cara tersebut terus dibiarkan maka akan terbentu suatu hubungan tak biasa.
Memantau banyaknya kasus, akhir-akhir ini banyak pula berita perceraian para selebritis dimana masalah komunikasi selalu menjadi alasan nomor satu dimana mereka tanpa ragu mengakhiri pernikahan. Padahal disana ada pihak anak yang merasa dirugikan. Diungkap pada poling yang dilakukan 100 pakar bidang kesehatan mental, terungkap bahwa kegagalan berkomunikasi membuat hubungan pasangan rumah tangga menjadi terpuruk ditambah pula tipikal pasangan zaman sekarang cenderung lebih memilih mengakhiri hubungan dengan jalan perceraian. Sebanyak 65% partisipan mengaku jika perceraian pasien mereka dilatarbelakangi oleh faktor komunikasi yang selalu berujung pada pertengkaran. Sisanya sebanyak 43% partisipan setuju bahwa pasanga tak mampu menyelesaikan konflik.
Bagaimana cara menumbuhkam atau mempertahankan hubungan komunikasi keluarga?
Kuncinya adalah menghidupkan kembali romansa keluarga dengan jalan komunikasi. Para pasangan harus melakukan suatu yang menghangatkan keluarga agar tercipta kasih sayang. Setidaknya meluangkan waktu sekitar 15 menit setiap hari untuk saling bicara. Agar fokus komunikasi tidak terhambat, matika segala gadget atau teknologi yang menjadi penghambat. Cara tersebut bermanfaat agar komunikasi dalam keluarga jadi lebih berkualitas.
Untuk dapat membangun komunikasi keluarga baik suami atau istri, tak hanya perlu dilakukan dirumah saja tapi bisa dilakukan dimana saja. Misalnya saat naik kendaraan atau berada di tempat manapun. Namun, lebih ideal lagi jika komunikasi dilakukan secara intens sambil duduk sambil bersantai bersama keluarga. Ketika bersama anak, kesempatan ngobrol harus bisa dilakukan dengan tepat seperti berbucara soal kerja sama dan kejujuran. Bahasa non verbal seperti sentuhan, belaian, tatapan, atau pelukan bisa menjadi pengikat hubungan romantis antar pasangan dan hubungan kehangatan antar orangtua dan anak.